Sabtu, 09 April 2011

Sejarah Restorasi Meiji Jepang

Dilatarbelakangi jatuhnya Shogun Tokugawa (1868), dengan semboyan “datsu a nyuu ou” anak-anak muda Jepang belajar modernisasi Barat untuk membangun bangsanya yang telah kental akan tradisi. Mampukah modernisasi berjalan seiring dengan tradisi? Sebuah pertanyaan singkat yang terpaksa dijawab oleh ‘bangsa matahari’ini dengan darah!

Khasanah sejarah Jepang diawali dengan kelompok bangsa China daratan yang bermigrasi kedalam bentangan kepulauan pojok timur pasifik ini. Pada abad 9 kekaisaran bentukan kaum imigran ini mampu menaklukan suku pribumi ainu yang telah terlebih dahulu menempati wilayah mereka. Pemerintahan yang stabil pasca penaklukkan, telah membentuk mental-mental kaisar menjadi lemah, mereka lebih mementingkan kesenangan-kesenangan sesaat dari pada memikirkan bagaimana mengurus pemerintahan yang baik.
Daerah-daerah baru hasil ekspansi kekaisaran dikelola secara otonomi oleh para Seiitaishogun yang diangkat oleh kaisar. Pembentukan shogun pertama dilakukan oleh Kaisar Kammu, yang dibentuk guna memerintah daerah utara Honshu. Lemahnya pengaruh kaisar dalam pemerintahan, telah mengakibatkan para shogun yang berkuasa di daerah-daerah dapat berbuat semaunya sendiri. Memang dengan kemampuan militer mereka yang mumpuni dan jiwa samurainya, mereka mampu mengendalikan kawasan vasal masing-masing. Praktis pada era shogunate kaisar hanya mampu ‘berdaulat’ di kawasan Heian (Kyoto) dan sekitarnya. Terasa ironis memang, tapi kenyataan pahit ini memang harus diterima oleh para kaisar dalam belantika sejarah Jepang masa keshogunan.

Era shogunate
Keadaan kekaisaran yang bobobrok tadi, tambah lengkap dengan dibubarkannya tentara kekaisaran. Pelan tapi pasti kawasan luar Kyoto telah tumbuh dengan pesat. Bahkan dapat dikatakan bahwa kemajuan kawasan yang dipimpin oleh para shogun beserta para samurainya ini telah jauh meninggalkan Heinan. Para pejuang ‘daerah’ ini bernafas dengan tradisi kedisiplinan yang teramat tinggi yang ditandai dengan lambang ikat kepala bushido telah memantikkan api persaingan antar shogun. Sudah dapat dipastikan jika pemerintah pusat hanya mampu melihat pasrah ketika para shogun mereka sibuk berebut kuasa kenegaraan.
Perebutan posisi toryo (puncak pimpinan shogun) pada umumnya didalangi oleh tiga keluarga besar dibelakang masing-masing kepentingan mereka. Adalah klan Taira, Minamoto dan Fujiwara, tiga sisi kekuatan besar yang saling bertikai pada awal masa keshogunan.

Akhir Pemberontakan Heiji (1160) telah mengangkat Taira no Kiyomori menjadi penasehat kaisar menggantikan Fujiwara yang berkuasa sebelumnya. Lewat jalan perkawinan kaisar dengan seorang gadis Taira telah memberikan alur tersendiri bagi era kekuasaan mereka. Pada masa ini praktis raja hanya sebagai simbol belaka. Dapat dikatakan bahwa kebijakan kekaisaran pada masa ini hanya berpangkal dari kepentingan klan Taira semata.

Ulah klan Taira ini serta merta mendapat respon negatif dari golongan Minamoto. Berpangkal dengan kemenangan pada Perang Gempei (1185), Minamoto no Yoritomo berhasil menggeser dominasi Taira. Pada tahun 1192 ia mendapat gelar Seii Taishogun (pemimpin militer) di Kyoto. Minamoto Yoritomo kemudian mendirikan markas besar di Kamakura, sedangkan kaisar tetap di Kyoto. Semuanya ini adalah permulaan dari kekuasaan feodal oleh keluarga samurai secara turun-temurun yang memerintah sampai kekuatan kekaisaran kembali berkuasa di tahun 1868.

Era pemerintahan feodal
Masa pemerintahan feodal dibagi menjadi lima periode utama. Periode Kamakura (1185-1333) menghadapi invasi tentara Mongol Kubilai Khan berkali-kali. Jepang berhasil menyingkirkan bangsa Mongol, walaupun awalnya mereka menemui banyak kesulitan oleh karena kurangnya persatuan dalam kalangan mereka sendiri selama ini. Periode ini juga ditandai dengan temuan model pedang baru oleh seorang pandai besi bernama Masamune. Namun kepemimpinan yang lemah pada periode ini telah mengurangi dukungan samurai (kelas pendekar).
Kaisar Go-Daigo mengawali Periode Muromachi (1333-1576) sampai pemberontakan pimpinan Ashikaga menyingkirkannya. Ashikaga dan keturunannya memerintah dengan kemampuan yang semakin memburuk dari waktu ke waktu. Jepang akhirnya tergelincir dalam perang sipil dan kekacauan.

Selama Periode Momoyama (1576-1600) ditandai oleh Oda Nobunaga. Ia adalah seorang bangsawan terkenal dari kawasan Nagoya dan salah satu cermin samurai yang luar biasa pada zaman Sengoku. Oda Nobunaga telah menciptakan organisasi dan taktik perang yang cukup maju. Berkat kebrilianan otaknya ia mampu menumbangkan era kesogunan Ashigaka. Bahkan ia mampu memaksa pasukan sami Budha yang terdiri dari kalangan sipil untuk meletakkan senjata. Oda Nobunaga tewas pada tahun 1582 di tangan Akechi Mitsuhide yang ironisnya adalah pengikutnya sendiri.

Pasca Oda Nobunaga laju pemerintahan ditentukan oleh Toyotomi Hideyoshi. Pengangkatan tampuk kepemimpinan dipegang oleh Hideyoshi, selepas ia mampu membalaskan penghianatan Mitsuhide dengan membunuhnya. Toyotomi Hideyoshi menjadi menteri utama pada tahun 1586. ia berasal dari kalangan keluarga petani miskin. Tindakannya yang paling monumental adalah menciptakan undang-undang yang menetapkan hanya kaum samurai yang boleh membawa senjata. Sangat penting disadari bahwa pada masa ini perbedaan antara samurai dan penduduk sipil amat tipis. Namun sampai abad 17 pertikaian antar klan samurai telah mengakibatkan sebagian samurai turun kasta menjadi penduduk biasa. Penyebaran agama Kristen selama era Kristen (1543-1640) pada mulanya bisa ditoleransi, namun kemudian ditekan karena dianggap sebagai ancaman. Asal tahu saja, bahwa pada masa ini pengaruh Eropa lewat perpanjangan tangan Portugis telah mampu menyentuh bangsa Jepang.

Selama Periode Tokugawa (1600-1867), Tokugawa Ieyasu mengalahkan keturunan muda Hideyoshi dan mendirikan markasnya di Edo (sekarang Tokyo). Kaisar masih memerintah dari Kyoto sedangkan keluarga Tokugawa membawa Jepang ke periode isolasi. Pada masa periode Tokugawa, golongan samurai secara berangsur menjadi bangsawan istana, kaki-tangan kerajaan. Daisho, pasangan pedang samurai yang pendek dan panjang (katana dan wakizashi) pelan-pelan berubah fungsi hanya sebagai simbolik semata. Pedang ini hanya sebagai lambang kekuasaan dan bukannya sebagai senjata yang melambangkan seorang samurai sejati, meskipun hak membunuh masih melekat pada diri setiap samurai. Satu lagi masalah pelik adalah banyaknya ronin (samurai tak bertuan) yang telah menjadi beban masyarakat.

Ketakutan era Tokugawa pada unsur asing telah membawa sebuah model isolasi yang teramat ketat dibanding periode sebelumnya. Rakyat Jepang dilarang pergi ke luar negeri dan berdagang dengan bangsa asing, sedangkan orang-orang asing diawasi dengan ketat. Penekanan kaku yang mengharuskan seseorang patuh tanpa syarat pada peraturan-peraturan mengenai ketaatan dan kesetiaan. Tak dapat dipungkiri memang jika para samurai ini amat bertekat untuk memurnikan barang setetes budaya Jepang dari penetrasi modernitas yang ditawarkan oleh barat. Terus hidup dengan berkudung kemiskinan memang harus tanggung oleh Tokugawa dan para samurainya, semua ini sekali lagi dilakukan demi sebuah prinsip suci yang telah turun temurun meraka warisi.

Dengan berakhirnya abad 19, pemerintahan Tokugawa mandeg dan korup. Kapal-kapal asing mulai mencoba memasuki Jepang dengan desakan terus-menerus. Kelaparan dan kemiskinan melemahkan dukungan untuk pemerintah. Jepang di masa Edo Tokugawa (1603-1867) bagaikan sebuah telaga di pegunungan, stabil dan menyendiri. Gejolak politik diredam melalui sistem kelas yang ketat, pengaruh asing dibendung dengan kebijakan menutup diri dari dunia luar. Namun dua setengah abad yang tenteram ini akhirnya koyak oleh kedatangan empat kapal perang Amerika yang merapat di Teluk Tokyo pada 1853. Lewat kekuatan militernya, komandan Perry menuntut Jepang membuka pintu bagi Amerika. Dua dekade kemudian berakhirlah masa keshogunan yang telah berlangsung dua ratus tahun lebih itu. Kedatangan Perry memang telah memicu sebuah transformasi besar.

Orang-orang mulai mengkritik keshogunan Tokugawa, masyarakat yang anti pendatang asing berubah pikiran dan mulai berkata bahwa orang Jepang mesti mencoba hidup bersama mereka. Konflik kepentingan yang rumit pun merebak, membenturkan kelompok yang mendukung kebijakan terbuka dengan kelompok yang menghendaki pengusiran orang asing; dan kelompok yang mendukung kaisar dengan yang mendukung shogun. Pertempuran antarfaksi ini berujung dengan Restorasi Meiji yang mengembalikan autoritas politik ke tangan kaisar pada 1868.
Era Meiji

Pada tahun 1868, Pangeran Mutsuhito diangkat menjadi kaisar dan memilih nama Meiji yang artinya “pemerintahan yang tercerahkan”. Kaisar Meiji mengambil alih kekuasaan pemerintah dengan membuka peluang bagi Jepang untuk westernisasi dan industrialisasi. Ia pun kemudian menumbangkan kekuasaan Shogun dan menggantikannya dengan administrasi kerajaan. Dia juga memindahkan ibukota kerajaan dari Kyoto ke Edo (Tokyo) dan melakukan berbagai reformasi. Larangan membawa katana (pedang) di tempat umum merupakan sebuah paraturan paling mencolok dikala itu. Cara berpakaian dan model rambut pun tak luput dari proyek westernisasi. Sebagai mana di ketahui bahwa selain pedang, rambut juga sebagai lambang kehormatan bagi seorang samurai. Tentu saja kaum samurai adalah kelompok yang paling kentara terkena imbas modernitas ini. Mereka-meraka yang tak mau berkiblat kepada barat, lari kehutan-hutan dan gunung-gunung guna malancarkan pemberontakan pada pasukan modern pemerintah.

Pemberontakan Satsuma
Era Meiji mengawali era reformasi dari sistem feodal ke sistem modern. Termasuk didalamnya memodern-kan tentara jepang dengan sistem barat. Sosok kuat di balik reformasi ini adalah Okubo Toshimichi. Dia dan Takamori adalah kawan baik dan sama-sama berasal dari Satsuma. Takamori mendukung proses reformasi sejak dari awal. Tetapi ketika hak-hak istimewa samurai di lupakan, terjadi perang batin, antara loyal terhadap negara di satu pihak dan kaum samurai di pihak lain.

Ketidaksetujuannya dalam mengatasi masalah Korea, membuat Takamori mengundurkan diri dari pemerintahan dan kembali ke Kagoshima. Dia mendirikan sekolah untuk samurai dan para samurai yang tidak puas dengan sistem pemerintahan mulai bergabung. Bujukan dari ‘samurai yang tersisihkan’ ini membawa Takamori memimpin pemberontakan terhadap pemerintah. Peristiwa ini tercatat sebagai “Pemberontakan Satsuma”. Pasukan Takamori kalah, dan mereka mundur kembali keKagoshima.

Dengan bersisa sekitar 300 samurai, mereka bertahan dengan bersembunyi didalam gua-gua di bukit Shiroyama. Ketika jumlah pasukannya menyusut, karena kurangnya pasokan makanan, amunisi dan juga karena kelelahan, Takamori sadar, bahwa dia telah kalah.

Di pagi hari tanggal 24 September 1877, sekelompok kecil samurai yang hanya mempunyai pedang ditangan untuk bertahan, di hujani meriam oleh ribuan tentara pemerintah. Tubuh Takamori dan pengikutnya di ketemukan terpenggal kepalanya. Mereka telah melakukan seppuku atau bunuh diri. Sebuah kematian terhormat yang mengambil tempat tertinggi bagi para samurai sejati.
Pembeerontakan yang berhasil ditumpas pada tanggal 24 September 1877 ini merupakan sebuah pemberontakan yang tercatat sebagai aksi penentangan samurai pada pemerintah pusat yang terakhir tercantum dalam sejarah Jepang.

Di tahun 1889 Jepang membuat Undang-Undang bergaya barat, prinsip yang mengantarkan kepada kesadaran nasional dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi. Serta kepercayaan diri yang tumbuh dalam bangsa ini. Prinsip yang terkandung dalam Undang-undang tahun 1889 inilah yang mampu mengantarkan modernisasi barat dan adat tradisi Jepang dapat berjalan seiring. Maka pengiriman pemuda-pemuda Jepang ke Eropa pun makin digalakkan, mereka berangkat ke ‘benua modernisasi’ tersebut dengan tekat dan semangat seorang ‘samurai.’ Semangat samurai dengan bersenjatakan ‘pedang’ modernisasi pulalah yang telah mengantarkan kemenangan Jepang dalam perang melawan China dan Russia. Kini, ketika sang nichi mengintip di ufuk timur, duniapun serempak berpaling pada era kebangkitan dai Nippon yang telah terbit untuk menyongsong masa depannya.

Bom Atom Hiroshima Nagasaki Di Jepang

Bom Atom Hiroshima Nagasaki Di Jepang Kendati 60 tahun telah berlalu sejak bom atom AS dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, pendapat umum rakyat kedua negara itu (soal penjatuhan bom) masih sangat berbeda, rakyat AS meyakini penjatuhan bom itu untuk mengakhiri perang Pasifik sementara rakyat Jepang berpendapat penjatuhan bom itu sangat tidak diperlukan. "Alamiah saja bagi banyak warga Amerika untuk membenarkan pemboman atom itu. Sudah sejak lama mereka memikirkan hal itu," kata Akihiro Takahashi (74), mantan kepala Museum Bom Atom Hiroshima, ketika berbicara di Washington bulan Juni 1980 dengan Brigjen Paul W. Tibbets, pilot pembom B-29 Enola Gay yang menjatuhkan bom-A di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. "Saya menyaksikan B-29 anda dari satu kebun sekolah," kata Takahashi kepada mantan pilot itu. Takahashi, yang waktu itu kelas dua SLTP, mengalami luka bakar sangat parah di bagian punggung dan kedua kakinya. Namun Tibbets mengatakan dia akan melakukan hal yang sama jika diperintahkan kembali. Sambil melipat kedua tangannya di dada, Tibbets mengatakan karena itu, perang seharusnya tidak boleh terjadi. "Tak ada permohonan maaf, tapi dia kelihatan menderita," kata Takahashi, yang secara rutin datang ke rumah sakit untuk menjalani perawatan hepatitis kronis dan sejumlah penyakit lainnya. "Saya ingin pergi ke Amerika Serikat dan berbicara kepada orang-orang yang meyakini bahwa bom atom masih diperlukan. Namun saya tidak punya waktu". Dalam satu survei pendapat umum, yang sama-sama dilaksanakan oleh Kyodo dan AP, 75 persen orang Jepang menyatakan (penjatuhan) bom atom itu tidak perlu dilakukan, sementara 68 persen rakyat AS mengatakan aksi itu perlu dilakukan untuk mengakhiri perang secepat mungkin. Namun survei yang dilaksanakan awal bulan ini guna menandai 60 tahun berakhirnya perang Pasifik, mendapati satu kontradiksi yakni 48 persen rakyat Amerika mengatakan mereka mendukung pemanfaatan bom atom, sementara 47 persen dari mereka menentangnya. William Breer, kepala divisi Jepang pada Pusat Pengkajian Stategis dan Internasional AS, mengatakan tak ada cara lain bagi AS selain menjatuhkan bom itu untuk meminimalisir jumlah korban tentara AS dan mengakhiri perang. Di tengah keputusasaan warga Amerika terhadap perang Irak yang terus berlanjut, kemenangan AS pada Perang Dunia II telah dievaluasi sedemikian ketat oleh setiap generasi dan mengupayakan untuk menyatukan mereka, guna membuat pembenaran pemanfaatan penjatuhan bom itu tidak dapat digoyahkan kembali. Daryl Kimball dari Perhimpunan Pengendalian Senjata AS menyatakan warga Amerika secara aklamasi mendukung perlucutan dan pemusnahan nuklir tapi ketika mendengar bahwa pemboman atom diperlukan untuk mencegah jatuhnya korban tewas lebih banyak di antara tentara AS, mereka dengan mudah akan mendukungnya. "Di Jepang, juga terdapat kecenderungan untuk menerima serangan bom atom itu sebagai bencana alam dan tidak berpendapat bahwa kejadian itu merupakan konsekuensi dari kekejaman mereka di Asia," kata Takashi Kawamoto, seorang profesor pada program pasca sarjana Yniversitas Tokyo. Untuk berbagi penentangan terhadap kenangan perang, Kawamoto mengusulkan "perawatan kenangan". "Daripada mengingat-ingat hulu ledak nuklir, cerita individu tentang korban bom atom, nama-nama dan wajah siapa saja yang dapat disaksikan seharusnya diceritakan terus menerus. Penting untuk melakukan upaya-upaya yang mantap untuk menemukan bagian-bagian yang dapat disepakati bersama dalam cara pandang yang berbeda dan mengumpulkannya". Survei kali ini juga mendapati bahwa 82 persen orang Jepang dan 69 orang Amerika tidak berpikir serangan pendahuluan dengan menggunakan senjata nuklir dapat dibenarkan di masa mendatang. "Terdapat perbedaan besar berkenaan dengan kesadaran antara pemerintahan Bush yang mungkin menggunakan senjata nuklir sebagai serangan awal dan penduduk AS," kata Motofumi Asai, presiden Institut Perdamaian Hiroshima. "Amat sulit mengubah pengakuan di masa lalu, tapi masih mungkin mengubah pendapat pemerintah AS dengan memunculkan pendapat publik bahwa senjata nuklir tidak perlu lagi digunakan di waktu mendatang," katanya

Sabtu, 19 Maret 2011

Pergerakan Nasional

* Latar Belakang:

* Max Havelaar karangan Douwes Dekker atau Multatuli menentang praktek tanam paksa
          di daerah Lebak, Baron van Hoevel mengkritik penyelewengan tanam paksa.
* Theodore van Deventer, menuntut penghapusan tanam paksa.
          Dikenal sebagai politik etis atau politik balas budi.
          Dilaksanakan th 1901:[edukasi, irigasi, transmigrasi]
* Untuk anak Eropa dan Bumiputera kelas atas ada sekolah [HIS, MULO, AMS,
          Kweekschool, STOVIA, THS]
* Pendidikan dianggap menaikkan status sosial anak
* Pendidikan menimbulkan golongan cendekiawan/pelajar


*Perlawanan Bangsa Indonesia
a. Sebelum tahun 1908 - bersifat lokal - tidak menggunakan organisasi modern - bergantung kepada seorang pemimpin b. Sesudah tahun 1908 - bersifat nasional - menggunakan organisasi modern - tidak bergantung pada seorang pemimpin
* Faktor pengaruh tumbuhnya pergerakan nasional di Indonesia :
Faktor dari dalam 
1. Penderitaan akibat praktek-praktek kolonialisme yang menumbuhkan perasaan senasib dan sepenanggungan
2. Politik Etis menumbuhkan golongan cendekiawan dan menjadi pelopor pergerakan nasional
Faktor dari luar 
1. Kemenangan Jepang melawan Rusia dalam perang tahun 1905
2. Adanya pergerakan nasional di negara lain seperti India, Fillipina, Cina, Turki

*Klasifikasi pergerakan nasional berdasar sifat gerakan: 
Kooperatif : Kerjasama dengan penjajah
Non-Kooperatif : tidak bekerjasama dengan penjajah

*Klasifikasi berdasar misi: 
Sifat misi - radikal [IP, PKI, PNI, Partindo, Gerindo] - moderat [PSII, PII, BU, Parindra] Prinsip perjuangan - Kooperatif [BU, PSII, Gerindo] - Non-kooperatif [PKI, PNI, Partindo] - Insidental [Parindra][ada pada saat dibutuhkan] Dasar gerakan politik - Kebangsaan [PNI, Partindo, Parindra, BU, IP, Gerindo] - Internasional [PKI] - Agama [PSII, PII]
* ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL
Budi UtomoDidirikan tanggal 20 mei 1908 [sekarang Hari Kebangkitan Nasional] Didirikan dr. Sutomo, dr. Ciptomangunkusumo, dan dr. Gunawan [pelajar STOVIA]
Sarekat Islam 
* Semula bernama SDI, yg didirikan di Surakarta 1909. Oleh KH. Samanhudi
* Bidang agama dan perdagangan
* 1911, SDI berubah jadi Sarekat Islam.
* Dipimpin HOS. Cokroaminoto
* Tokoh lain: H. Agus Salim, Abdul Muis. Indische Partij 
* Didirikan RM. Suwardi Suryaningrat, dr Cipto Mangunkusumo, EFE. Douwes Dekker, 1912, Bandung.
* Suwardi Suryaningrat mengkritik perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dengan tulisan Als ik een Nederlander was [andai aku seorang Belanda]
* Kihajar Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dibuang ke Belanda.
Perhimpunan Indonesia [tadinya bernama Indische vereeniging] 
* Didirikan oleh pelajar Indonesia di negeri Belanda 1922.
* Tokoh: Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Natzir Pamontjak, Abdul Majid Joyodiningrat.
* PI menuntut Indonesia Merdeka 1926, anggota PI mengikuti Kongres Liga Anti Imperialisme di Brussel, Belgia. Pemimpin PI akhirnya ditangkap Belanda, tetapikembali dibebaskan, karen tidak terbukti bersalah
Indische Sociaal Democratische Vereeniging [ISDV] 
*Dikembangkan Sneevliet
* ISDV melakukan penetrasi ke tubuh organisasi pergerakan, antara lain SI, melalui Semaun dan Darsono.
* SI pecah jadi 2: * SI Merah condong ke paham sosialis * SI putih mempertahankan asas dan tujuan SI
* Semaun adalah pimpinan SI Merah, setelah kelusr dari SI Merah ia mendirikan PKI PKI berkaitan dengan komitern di Moscow, Uni Soviet.
* PKI mempengaruhi petani dan rakyat kecil
* 1926, pemberontakan PKI di Madiun. Oleh Alimin dan Tan Malaka, tapi gagal.
PNI 
* Didirikan tahun 1927, Bandung.
* Oleh pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club dengan ketua Ir. Soekarno.
* PNI membahayakan Belanda. Maka tokoh-tokoh PNI ditangkap dan dimasukkan dalam penjara Sukamiskin, Bandung. Dalam penjara Ir. Soekarno menulis pidato "Indonesia Menggugat"
* Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk Partindo.
* Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo membentuk PNI Baru
* Ir. Soekarno bergabung dengan Partindo.
* Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Endi, Flores. Moh. Hatta dan Syahrir dibuang ke Bandaneira.
Organisasi yang bersifat kooperatif 
* PBI, GAPI, Parindra.
Perjuangan organisasi melalui Volksraad, 1918. 
Masa Gubernur Tjarda Van Starkeborgh.
Tujuan: mendapat perwakilan rakyat Indonesia dalam pemerintahan
Organisasi pergerakan dalam bidang sosial, pendidikan, keagamaan dan kewanitaan 
* Muhammadiyah, Taman Siswa, INS, NU, Sekolah Kautamaan Istri, Wanita Susilo, dll
* Organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan : Tri Koro Dharmo[yang pertama], Jong sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Java, Jong Batak, Jong Pasundan,dll

*SUMPAH PEMUDA
1. 1926, Kongres Pemuda I, Surabaya. Mendirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia[PPPI] 2. 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II
Sumpah Pemuda Kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yangsatu bangsa Indonesia Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia

* Pada Kongres Pemuda II, Lagu Indonesia Raya, WR. Supratman, untuk pertamakali
  dinyanyikan dengan instrumental
* Dibentangkan simbol merah putih waktu itu.


*PERANAN PERS
Organisasi pergerakan punya surat kabar sendiri: BU-->Dharmo Kondo SI-->Utusan Hindia IP-->De Express PI-->Indonesia Merdeka

Sabtu, 05 Maret 2011

Perkembangan dan Dampak Pengaruh Barat di Indonesia

Perkembangan dan Dampak Pengaruh Barat di Indonesia
A. Merkantilisme, Revolusi Industri, kapitalisme
B. Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia
C. Perkembangan Ekonomi dan Demografi di Indonesia Masa Kolonial

A. Merkantilisme, Revolusi Industri, Kapitalisme, dan Pengaruh di Indonesia

Merkantilisme
Paham bertujuan mengumpulkan emas sebanyak-banyaknya dalam kas negara.
Neraca perdagangan aktif
Ciri – ciri :

1. Etatisme
2. Proteksionisme
3. Monopoli Perdagangan
4. Industri dalam negeri
5. Mencari daerah jajahan dengan kekayaan alam tinggi
Dianut : Perancis, Belanda, Jerman
Pengaruh di Indonesia :
Belanda yang menganut paham merkantilisme juga menerapkan paham tersebut di
negeri jajahannya termasuk di Indonesia.

Revolusi Industri
Perubahan besar dalam memproduksi barang
Pelopor : Inggris
Tahap – tahap :
Revolusi industri I : Teknik kuno, (Kayu , batu bara) di Inggris
Revolusi industri II : Teknik baru, ( listrik, bensin) Di AS, Jerman
Revolusi Industri III : Biotehnik, (atom, nuklir) Di Amerika , Uni Soviet

Akibat :
a). Bidang Ekonomi :Harga barang murah
Upah buruh murah
Pertentangan kaum buruh – para majikan
Pelayaran dan perdagangan dunia maju
Kapitalisme muda diganti kapitalisme modern
Perkembangan Kapitalisme
Kapitalisme kuno : (Kapitalis sebagai Perantara )
Kapitalisme muda : (Kapitalis sebagai partner negara)
Kapitalisme modern : (Kapitalis sebagai produsen, Pedagang,dan distributor )

b). Bidang social : Urbanisasi besar-besaran
Kota industri penuh kaum buruh
Melonjak kejahatan
Kaum buruh diperas majikan
c). Bidang politik : Berkembang imperialisme modern
Berkembang paham liberalisme

2 macam imperialisme :
- Imperialisme kuno ( gold , glory , gospel )
- Imperialisme modern : ( cari tanah jajahan untuk mendapat bahan mentah, tenaga
murah,Pasar bagi barang industri)
Mengapa Inggris menentang merkantilisme?
Merkantilisme dianggap tidak menguntungkan tetapi hanya menimbulkan
kesengsaraan bagi rakyat di negeri jajahan
Mengapa Inggris mempelopori liberalisme di Eropa?
Inggris menginginkan agar dihapusnya proteksionisme shg inggris dapat memasarkan
produknya ke negara lain
Mengapa Inggris mempelopori imperialisme modern ?
Inggris ingin dapat bahan mentah, tenaga murah , serta pasar bagi hasil produksinya di
negeri jajahannya

Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia Abad ke-19 dan ke-20
Mengapa Bangsa Belanda mencari Rempah-remah di Indonesia?
Belanda tidak dapat lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon yang telah dikuasai
Spanyol
Perjalanan Belanda ke Indonesia :
Tahun1594 : Claudius ( kunci pelayaran timur jauh ) Linscoten ( P Jawa) interario
Tahun1595 : Cornelis de Houtman ( tiba di Banten )
Tahun1598 : Jacob Van Neck dan Van Waerwyck (tiba di Banten)
Rute Pelayaran Cornelis de Houtman :
Belanda - Pantai barat Afrika - Tanjung Harapan - Samudera Hindia - Selat sunda –Banten

Penyebab Ketegangan :
- Sikap Cornelis de Houtman yang kaku dalam perdagangan
- Membeli rempah- rempah dari pedagang Cina perantara
- Tidak menggunakan jalur perdagangan yang ada.

Jumat, 04 Maret 2011

PENJAJAHAN KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA

Faktor pendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan adalah ;
1. Kemajuan di Bidang Iptek, seperti ditemukannya kompas dan perahu layar.
2. Kisah perjalanan Marcopolo dan pedagang Asia yang sampai ke Indonesia.
3. Semangat Reconquesta (jiwa petualang).
4. Penemuan Copernicus yang didukung Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.
5. Keinginan untuk menyebarkan agama Nasrani
Pelopor penjelajahan samudra adalah bangsa Portugis dan Spanyol, antara lain;
1. Bartholomeus Diaz, berhasil menyusuri pantai barat Afrika sampai di Ujung Afrika Selatan yang kemudian disebut Tanjung Harapan (Cape Of Good Hope).
2. Vasco da Gama, berhasil mendarat di Calicut, India.
3. Alfonso de Albuquerque, berhasil menundukkan malaka (1511) dan Maluku (1512).
4. Christopher Columbus, Berhasil menyebrangi Samudra Atlantik mendarat di kepulauan Bahama dan menemukan Benua Amerika.
5. Ferdinand de Magelhaens, berhasil tiba di Filiphina
6. Cortez, berhasil menduduki Mexico (1519) dengan menakhlukkan bangsa Indian Aztec dan Maya.
7. Pizarro, berhasil menakhlukkan kerajaan Inca di Peru.

A. Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia sampai dengan Terbentuknya VOC.
Pada tahun 1602 (cari tepatnya), dibentuklah VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), atau Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur (cukup disingkat Kongsi dagang milik Belanda) dibawah pimpinan .
Tujuan dibentuknya VOC adalah :
a. Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesame pedagang Belanda.
b. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan pedagang dari bangsa lain.
c. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi konflik dengan Spanyol.

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, VOC diberi hak Istimewa (hak Octroi), yaitu :
a. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia.
b. Hak monopoli dagang di wilayah-wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika
c. Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan
d. Hak menyatakan perang dan atau membuat perjanjian secara adil dengan penguasa pribumi
e. Hak mengangkat pegawai
f. Hak memungut pajak
g. Hak melakukan pengadilan dan hak mencetak serta menyebarkan uang sendiri.

Beberapa Kebijakan yang diberlakukan oleh VOC di Indonesia antara lain :
a. Verplichte Leverantie = Penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC.
b. Contingenten = Kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
c. Ekstirpasi = Hak VOC untuk menebang atau menggagalkan panen rempah-rempah agar tidak terjadi Over Produksi yang dapat menurunkan harga rempah-rempah.
d. Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam.
e. Pelayaran Hongi, yaitu pelayaran dengan menggunakan perahu Kora-kora (perahu perang) untuk mengawasi pelaksanaan monopoli dagang VOC dan menindak pelanggarnya.

Sebab-sebab kejatuhan VOC ;
a. Biaya perang yang besar dalam menghadapi perlawanan Bangsa Indonesia sehingga menghabiskan kas Negara.
b. Gaji pegawai yang rendah dan tidak sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sehingga mendorong mereka melakukan Korupsi. Korupsi tersebut otomatis menjadikan pemasukan Negara berkurang drastic.
c. Kekalahan VOC menghadapi persaingan dagang dengan pedagang Eropa maupun pedagang Asia lainnya.
d. Hutang VOC yang besar akibat dalam keadaan merugi tetapi tetap membayarkan keuntungan kepada pemegang Saham.
e. Terjadinya perang Inggris, Belanda dan Perancis sehingga menjadikan jalur perdagangan tidak aman dan adanya blokade-blokade dagang.

2. Masa Pemerintahan Herman W. Daendles
Langkah-langkah pembaharuan yang harus dilakukan Daendles :
a. Dalam bidang pemerintahan:
1. Pusat pemerintahan (weltevreden) dipindahkan agak masuk kedaerah pedalaman.
2. Membentuk secretariat Negara (Algement secretaric).
3. Membagi pulau jawa menjadi 9 prefektur dan 31 Kabupaten. Setiap prefektur dikepalai oleh seorang residen yang langsung dibawah pemerintahan Wali Negara (Daendles). Setiap residen membawahi beberapa bupati.

b. Dalam bidang hukum dan peradilan:
membentuk 3 jenis peradilan berdasarkan ras, yaitu peradilan orang Eropa, Orang Pribumi dan pengadilan untuk orang timur asing.
c. Dalam bidang militer dan pertahanan :
1. Membangun jalan Anyer-Panarukan.
2. Menambah jumlah angkatan perang dari 3000 menjadi 20000
3. Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang
4. Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.
5. Membangun benteng-benteng pertahanan

d. Dalam bidang ekonomi dan keuangan :
1. Membentuk dewan pengawas keuangan Negara (Algemene Rekenkaer).
2. Mengeluarkan uang kertas.
3. Memperbaiki gaji pegawai
4. Pajak in natura (contingenten) dan Verplichte Leverantie.
5. Mengadakan monopoli perdagangan bebas

e. Dalam bidang social :
1. Pemberlakuan kerja rodi
2. Mengembangkan perbudakan
3. Menghapuskan upacara penghormatan kepada residen, sunan / sultan
4. Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.

3. Masa Pemerintahan Raffles
Kebijakan utama Raffles adalah Pertanian Bebas (petani pribumi bebas menanm tanaman apa saja, baik kebutuhan sendiri maupun tanaman ekspor) & Sewa Tanah (Landrent)

Kebijakan Raffles adalah :
a. Bidang pemerintahan
1. Membagi pulau Jawa menjadi 18 Karisidenan. Setiap karisidenan dibagi menjadi beberapa distrik, setiap distrik terbagi beberapa divisi (kecamatan) dan setiap divisi merupakan kumpulan beberapa desa.
2. Mengganti system pemerintahan feudal menjadi system pemerintahan colonial bercorak Barat.
3. Bupati-bupati dijadikan pegawai pemerintah colonial yang langsung di bawah pemerintahan pusat.
b. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1. Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor dan pemerintah berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman eksopor.
2. Penghapusan pajak hasil bumi (Contingenten) dan system penyerahan wajib.
3. Penetapan sewa tanah (landrent). Petani pribumi dianggap sebagai penyewa tanah pemerintah sehingga tanah yang dikelola oleh petani harus membayar pajak.
4. Pemungutan pajak awalnya secara perorangan, tetapi karena petugas tidak cukup maka dipungut perdesa dan dibantu oleh Bupati dan kepala desa.
5. Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.

. Bidang Hukum.
Membentuk badan penegak hukum yaitu Court of Justice (tingkat residence), Court of Request (divisi) dan police magistrate.
d. Bidang Sosial.
1. Menghapuskan kerja rodi
2. Penghapusan perbudakan
3. Peniadakan hukumam-hukuman yang kejam dan menyakiti.
e. Bidang ilmu pengetahuan dan budaya.
1. ditulisnya buku tentang History of Java
2. mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
3. Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
4. Dirintisnya pembangunan Kebun Raya Bogor.

Hambatan-hambatan yang dialami oleh Raffles :
a. Keuangan Negara dan pegawai yang cakap sangat terbatas.
b. Masyarakat Indonesia masih sangat tradisional dalam pertanian, bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak tertarik untuk menanam tanaman ekspor dunia.
c. System ekonomi yang sangat tradisional dan belum mengenal system peredaran uang. (ini juga penyebab gagalnya system Landrent, karena pajak yang dibayarkan harus dalam bentuk uang, sedangkan masyarakat belum mengenal dengan baik system uang tersebut).
d. Belum adanya pengukuran tanah milik penduduk secara tepat serta kepemilikan tanah yang berdasarkan warisan, sehingga menyulitkan untuk menentukan berapa luas tanah yang kena pajak dan siapa yang akan membayar pajak.
e. Adanya pejabat yang korup dan bertindak sewenang-wenang.
f. Pajak terlalu tinggi sehingga banyak tanah yang tidak digarap.

4. Masa Pemerintahan Van Den Bosch.
Ketentuan Tanam Paksa (culture Stelsel), adalah :
1. penyediaan tanah untuk tanam paksa berdasarkan persetujuan penduduk.
2. Tanah yang diberikan tidak lebih dari seperlima
3. Tanah tersebut bebas pajak
4. Kelebihan hasil panen akan diberikan kepada petani
5. Pekerjaan menanam padi tidak lebih dari waktu menanm padi.
6. Kegagalan panen yang bukan kesalahan petani merupakan tanggungjawab pemerintah.
7. Bagi yang tidak memiliki tanah dipekerjakan dipabrik atau perkebunan pemerintah.
8. Pelaksanaannya oleh pemimpin pribumi.
Penyimpangan-penyimpangan kebijakan tanam paksa :
1. Perjanjian penyediaan tanah dilakukan dengan paksaan.
2. Tanah yang digunakan lebih dari seperlima.
3. Pengerjaan tanah untuk tanam paksa melebihi waktu tanam padi.
4. Tanah tersebut masih dikenai pajak.
5. Kelebihan hasil panen tidak diberikan kepada petani.
6. Kegagalan panen menjadi tanggungan petani.
7. Buruh dijadikan tenaga paksaan
5. Politik Pintu Terbuka.
Latar belakang pemberlakuan kebijakan tersebut :
a. tanam Paksa
b. berkembangnya paham liberalism di Eropa.
c. Kemenangan partai liberal di Belanda
d. Traktat Sumatra 1871
Landasan utama pelaksanaan kebijakan adalah pembebasan lahan tidak lagi dimiliki oleh Negara belanda saja namun di tuntut untuk di buka bagi pihak swasta dan pemilik modal yang ingin beriventasi di Indonesia.

Akibat system politik liberal colonial.
a. Bagi Belanda
1. Memberikan keuntungan besar bagi kaum swasta Belanda dan colonial Belanda
2. Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalami kemajuan.
3. Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan.
b. Bagi Indonesia
1. Kemerosotan kesejahteraan penduduk.
2. Adanya krisis perkebunan tahun 1885
3. Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras.
4. Menurunnya usaha kerajinan rakyat
5. Rakyat menderita dengan diterapkannya kerja rodi.

6. Politik Etis
Latar belakang pemberlakuan kebijakan :
a. System ekonomi liberal tidak mengubah nasib rakyat.
b. Tanam paksa memberi keuntungan kepada Belanda tetapi penderitaan bagi rakyat.
c. Belanda melakukan penekanan dan penindasan terhadap rakyat.
d. Rakyat banyak yang kehilangan tanahnya.
e. Adanya kritikan keras di Negeri Belanda terhadap praktik colonial Belanda.
Isi kebijakan Politik Etis adalah Irigrasi (pengairan), Emigrasi (perpindahan penduduk), edukasi (pendidikan).
Politik etis mengalami kegagalan, penyebabnya adalah :
a. Sistem ekonomi liberal hanya member keuntungan yang besar bagi belanda.
b. Sangat sedikit penduduk pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan yang baik.
c. Pegawai negeri golongan pribumi hanya dijadikan alat.
Pengaruh kebijakan Kolonial dalam kehidupan social masyarakat Indonesia;
1. Indonesia mengenal system ekonomi uang dan mulai meninggalkansistem barter.
2. Indonesia mengenal system peradilan dan hokum.
3. Masyarakat Indonesia berada di golongan social ketiga setelah Belanda dan Eropa di strata satu dan Cina di strata kedua.
4. Indonesia mengenal cara bertanam yang baik dan tanaman yang laku di pasaran Eropa.
5. Indonesia mengenal peralatan industry dan mengalami kemajuan dalam bidang teknologi baik dalam transportasi, industry dan komunikasi.

Perlawanan Masyarakat Indonesia terhadap Belanda
Sebelum Tahun 1800
1. Perlawanan Sultan Baabullah menentang Portugis (Ternate)
2. Dipati Unus menyerang porugis di Malaka.
3. Panglima Fatahillah menduduki Jawa Barat.
4. Sultan Iskandar Muda menyerang Portugis.
Sesudah Tahun 1800
1. Perlawanan rakyat Maluku di bawah Pattimura
2. Perang Paderi (Imam Bonjol)
3. Perang di Ponegoro
4. Perang Aceh
5. Perang Bali
6. Perang Bone
7. Perang Banjarmasin,

DLL.